Rabu, 28 April 2010

Mari Kita Dukung Bersama untuk Indonesia

Komodo Butuh Dua Juta 'Vote' untuk Masuk Tujuh Keajaiban Dunia
Selasa, 27 April 2010 | 15:12 WIB


TEMPO Interaktif, Kupang - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sedang berupaya mencari dukungan dari seluruh warga Indonesia di dalam negeri maupun luar negeri untuk mendukung komodo. Karena jika ingin terpilih sebagai tujuh keajaiban dunia, dibutuhkan sebanyak dua juta suara.

"Untuk menggolkan komodo sebagai tujuh keajaiban dunia dibutuhkan dua juta dukungan melalui vote komodo," kata Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTT, Wely Rohimone di Kupang, selasa (27/4).

Menurut dia, pihaknya sedang melakukan koordinasi dengan semua pihak di daerah agar mau memberikan dukungan kepada komodo melalui vote agar bisa masuk sebagai tujuh keajaiban dunia.

Walaupun saat ini komodo masih berada pada urutan 14, namun pemerintah daerah masih punya kesempatan untuk menggalang dukungan karena vote tersebut masih baru berakhir pada Juni 2011. "Pengumuman pemenangnya baru akan dilakukan pada Oktober 2011 mendatang," katanya.

Berdasarkan hasil koordinasi, katanya, beberapa instansi sudah menyatakan akan memberikan dukungan melalui vote. Namun, dukungan yang diberikan belum mencapai dua juta vote yang dibutuhkan.

PT Telkomsel menjanjikan sebanyak 48 ribu vote mendukung komodo, Badan Pengelola Data Elektronik (PDE) sebanyak 21 ribu, dan pihak lain sebanyak empat ribu vote. Total vote ini hanya mencapai 73 ribu sehingga masih kurang satu juta lebih vote.

Karena itu, ia berharap adanya dukungan dari masyarakat Indonesia di dalam negeri dan luar negeri bagi komodo agar terpilih sebagai tujuh keajaiban dunia. "Kampanye komodo secara nasional dan internasional dilakukan oleh Kementerian Budpar. Kita hanya untuk daerah saja," katanya.

Untuk memberikan dukungan komodo sebagai tujuh keajaiban dunia dapat dilakukan melalui 'vote' di www.new7wonder.com.

YOHANES SEO

Jumat, 16 April 2010

Selingan Diwaktu Senggang

DARI HATI YANG TERDALAM UNTUK ORANG-ORANG YANG TAK KUNJUNG PAHAM.

Saudara-saudara, dari hati yang terdalam saya ingin menyatakan bahwa sesungguhnya saya amat prihatin dengan keadaan ini. Perkembangan masalah sudah keluar dari jalur, bahkan mengarah pada character assassination, sehingga pidato lengkap saya diringkas menjadi empat karakter: cuih. Tepatnya lima karakter bila ditambahi tanda pagar.

Pagar, Saudara-saudara. Pa-gar. Itulah batas langkah kita. Pagar adalah batas wilayah maslahat dan mudarat. Di wilayah yang di balik pagar itu, ada sebuah lorong panjang beratap. Itulah koridor menuju bangunan besar. Saya selalu menempuh koridor itu karena semua rambunya telah jelas bagi saya. Maka dengan tulus dan penuh rendah hati saya mengharap agar jangan paksa saya keluar dari koridor itu.

Saya bukanlah penghibur yang berkewajiban menyenangkan sebanyak-banyaknya orang, sebesar-besarnya khalayak ramai maupun sepi, lalu mengorbankan orang-orang yang dengan segala kekurangannya telah membantu saya. Tidak, Saudara-saudara. Jangan paksa saya lakukan itu.

Dalam sanubari saya ada satu hal yang saya pegang teguh bahwa keselarasan dalam kebersamaan adalah segalanya. Janganlah hendaknya tata dikorbankan meskipun tujuannya mulia, bahkan misalkan pun sesuai dengan impian dan keyakinan saya. Tata tentrem adalah segalanya bagi saya.

Dengan segala kewenangan saya, apalagi didukung oleh rakyat — tapi maaf saja rakyat kadang bisa menjadi sekumpulan besar serigala — dapat saja saya melakukan sejumlah langkah tegas dan pasti.

Dengan posisi saya sekarang ini, apalagi dengan restu segenap rakyat, dapat saja saya menerabas paugeran, mengabaikan semua rambu yang kita susun bersama, agar orang-orang tertentu mendapatkan ganjaran atas perilakunya.

Saya bisa. Saya mampu. Apalagi jika dan hanya jika kita bersama. Tetapi saya tidak menginginkan, katakanlah, perbenturan besar yang merugikan kita semua padahal kehidupan masih harus kita jalani dengan tenang. Jadi, itu bukan karena saya tersandera oleh rambu yang penerapannya, bahkan penyusunannya, bergantung pada pihak lain. Bukan karena itu. Juga bukan karena saya takut, tiada bernyali, apalagi pengecut. Bukan.

Saya percaya bahwa orang-orang yang saya percayai dapat menerima amanat saya dengan penuh kedewasaan meskipun tidak saya nyatakan secara tegas di depan umum. Kalaupun mereka tidak dapat menangkap isyarat, tentulah itu bukan kesalahan saya. Mereka bukanlah anak kecil. Jika mereka tak melakukan apa yang saya harapkan, maka tidak pada tempatnya jika Saudara-saudara menagihkan penggenapannya kepada saya. Ini hanyalah soal pembagian tanggung jawab saja.

Kepada Saudara-saudara saya juga amat sangat dengan hormat mengharapkan agar lebih dewasa dan bijak dalam mencerna pokok pikiran saya. Manakala Saudara-saudara menuntut saya menyatakan hal penting secara ringkas dan tegas maka itu, mohon maaf, sama saja dengan menyederhanakan persoalan.

Ketika kalimat diringkas, yang terjadi adalah pendangkalan makna. Nuansa terpinggirkan, peta persoalan kurang terpahami, sehingga masalah hanya dilihat secara hitam dan putih.

Marilah kita kembali bekerja. Buang jauh-jauh pikiran sesat dan niat busuk. Mari kita jaga kebersamaan. Percayalah Saudara-saudara, bahwa dengan niat baik dan kehendak tulus, disertai kerja sama dan tenggang rasa, maka kita akan dapat mencapai tujuan bersama, yakni kehidupan yang berkeadaban, menyenangkan, membahagiakan, adil, makmur, sentosa, sejahtera, keren, pokoknya oke banget gitu lho. Percaya deh! Bener. Asli. Situ mau apa? Cuih!*)

Salam,
Paman Kikuk
(bukan saudaranya Paman yang punya blog ini)

*) Cuih belum ada dalam kamus, tetapi “cih” ada dalam KBBI, dengan penjelasan arti:
cih p kata seru menyatakan tidak suka, mengejek, dsb: – pembohong, tidak bermalu“. Adapun menurut Bahtera, penjelasan “cih” dalam bahasa Inggris serupa “exclamation of scorn, disgust, disapproval“.

Maaf jika saya seperti bercongkak diri dalam soal bahasa. Jangan menghina, meski saya dibesarkan dalam korps yang menyukai perkelahian, bahkan bersekolah khusus dan dibayar untuk itu, saya selalu mencoba cermat dalam berbahasa — dengan maupun tanpa teks. Terima kasih. Paman Kikuk.

Sumber warta diambil dari blogombal.org

Renungan Untuk Priok Berdarah

Cari Satpol PP Ideal? Tengoklah Solo

VIVAnews - Bentrok berdarah antara Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan warga Koja, Jakarta Utara gara-gara sengketa lahan makam Mbah Priok seharusnya tak terjadi.

Kepala Satpol PP Solo, Hasta Gunawan mengatakan, Satpol PP sebagai pelayan publik tak seharusnya membawa pentungan dan melempar batu. Satpol PP sebagai pelayan masyarakat harus mengutamakan pendekatan persuasif.

"Kita ikut berduka cita dan berbela sungkawa atas kejadian di Jakarta Utara," kata dia kepada VIVAnews di Solo, Kamis, 15 April 2010.

Namun, kata Hasta, bentrok yang berakhir dengan tragedi yang juga menewaskan tiga anggota Satpol PP sebenarnya bisa dihindari.

"Kami memiliki prinsip '5 si', yaitu komunikasi, koordinasi, sosialisasi, solusi dan realisasi. Melalui prinsip tersebut, berbagai penggususran hunian, PKL atau tempat usaha untuk penataan tata ruang kota di Solo bisa dilakukan secara damai," ungkapnya.

Dalam melakukan penggusuran, atpol PP Solo pun tidak pernah membawa pentungan. Petugas hanya 'bersenjatakan' peluit.

"Pentungan adalah simbol kekerasan. Padahal sisi kekerasan ini harus dihindari, yang lebih penting bagaimana kedua belah pihak saling berkomunikasi. Sehingga ada win-win solution-nya. Jadi dari pemerintah jangan hanya main eksekusi saja," urainya.

Berdasarkan pantaun VIVAnews di kantor Satpol PP Solo, sama sekali tidak terlihat peralatan sepeti halnya pentungan, tameng dan baja helm.

Bahkan, Hasta menyuruh VIVAnews mencari alat perlengkapan itu di kantornya. Hasilnya, nihil.

Justru yang berhasil ditemukan hanya peralatan musik untuk upacara. Ada drum, simbal dan terompet.

Selain dibekali peluit, semua aparat Satpol PP Solo diberi bekal buku panduan operasional.

Di dalam buku itu berisi semua standar tugas Satpol PP. Meskipun terdapat standar menggunakan senjata, pentungan, tameng, dan helm baja. Namun, Satpol PP Solo tidak memakainya.

"Ya, karena kami memang tidak memiliki dan tidak memerlukan alat tersebut," kata Hasta.

Selama beberapa tahun terakhir, Satpol PP Solo berhasil melakukan relokasi di beberapa lokasi yang sensitif seperti hunian di bantaran Bengawan Solo, pasar tradisional. Juga relokasi pedagang di monumen Banjarsari yang jumlahnya mecapai ribuan.

Tak ada keributan, bahkan relokasi ini dilakukan dengan cukup meriah, yaitu pawai tradisi dengan gunungan dan pakaian tradisional Jawa.

Satpol PP Solo, kata Hasta, justru menjadi sahabat para demonstran ketika ada demonstrasi.

"Ini senjata kami, air kemasan. Air kemasan ini kami jadikan pendekatan persuasif kepada demonstran. Dalam arti kami memberikannya di kala panas menyengat," kata dia.

Bukannya dihindari, truk Satpol PP selalu dicari demonstran. "Untuk dimintai bantuan untuk memulangkan demonstaran ke kampus," ungkapnya, tersenyum.

Karena pendekatan yang persuasif serta membuahkan hasil yang manis, membuat beberapa daerah melakukan studi banding ke Satpol PP Solo.

"Kami baru saja menerima dari Aceh. Jumlah daerah lain yang melakukan studi banding ke Solo tak terhitung. Satpol PP Solo terkenal anti kekerasan. Oleh sebab itu, mereka ingin menirunya," tutup Hasta.

Laporan: Fajar Sodiq| Solo

Kamis, 15 April 2010

Pengecoran Jalan Sawah 2

Pengecoran jalan Sawah,tapi atas kesepakatan bersama para tokoh masyarakat jalan Sawah berganti nama menjadi jalan Damai2.

























Ada yang tidak biasa dalam kerja bakti di jalan Damai2 ini terutama pada hari kedua dikerjakan pada malam hari tepatnya malam minggu,hampir semua warga yang ada di jalan Damai ini mengeluarkan makanan sehingga jumlah makanannya lebih banyak dari pada warga yang kerja bakti(maaf waktu itu saya lupa membawa kamera sehingga tidak ada dokumentasinya).

Karakter warga di jalan Damai ini sesuai dengan nama jalannya yaitu jalan Damai.
Semoga damai selalu.

Senin, 12 April 2010

REMBUK WARGA

Inilah cara warga RT008/011 Rawa Buaya untuk musyawarah persoalan dilingkungannya.malam ini tanggal 3 april 2010 berkumpul untuk membicarakan pengecoran jalan tahap ke dua yang terletak di jalan Sawah2 yang merupakan jalan baru karena adanya perluasan pemukiman penduduk.

Tempat musyawarah, digang pun jadi yang penting hasilnya optimal untuk menghasilkan keputusan yang benar-benar sangat dibutuhkan saat ini.

Walaupun terkesan seadanya namun semua pembicaraan cukup serius dengan masukkan-masukkan yang berbobot sehingga menghasilkan keputusan bahwa mulai besok minggu diadakan kerja bakti pengurukkan jalan.

Sepengetahuan penulis bahwa semua biaya ditanggung warga dan kas RT tanpa melibatkan pihak pemerintah seperti program pertama yang di bantu oleh pemerintah melalui PNPM Mandiri sebesar Rp.5.000.000,-







Demikian liputan kami tentang program-program RT008/011 Rawa Buaya Cengkareng Jakarta Barat.

TAWURAN ANTAR WARGA

Tawuran antar warga?

Berita ini tidak asing lagi dijaman yang serba moderen ini,lihat saja berita-berita di media cetak maupun media televisi sering ditayangkan tawuran antar warga A dengan warga B hanya karena persoalan sepele.

Terkadang sayapun menjadi heran jaman sekarang pendidikan semakin maju tapi masyarakatnya tidak mengikutinya.Artinya berperilaku tidak  berpendidikan termasuk tawuran saling lempar batu ,saling merusak fasilitas umum.

Apalagi sekarang sudah menjadi tren,dan sudah masuk dikalangan pendidikan,tawuran antar pelajar SMP,tawuran antar pelajar SMA bahkan mahasiswa yang nota bene berpendidikan.

Apa yang salah dalam bermasyarakat ini?apakah pengaruh dari acara televisi yang menayangkan adegan-adegan baku hantam dalam film-film tersebut atau sudah bergesernya pola hidup masyarakat karena modernisasi jaman.

Padahal budaya nenek moyang kita adalah budaya santun dan budaya gotong-royong saling membantu.Coba kita telusuri adakah warga yang masih menjunjung budaya nenek moyangnya.

Ini ada di salah satu wilayah dalam ruang lingkup RT yang masih menerapkan budaya nenek moyang yaitu gotong royong dan mungkin ini adalah solusi untuk menekan terjadinya TAWURAN ANTAR WARGA .

Peristiwa ini tepatnya berada di wilayah RT008 RW 011 Rawa Buaya Cengkareng Jakarta Barat.Disini warga Rt008 dan warga Rt010 sering mengadakan acara kerja bakti bersama sehingga terjadi silaturahmi masal dan dampaknya bila salah satu warga terjadi perselisihan maka dengan segera dapat didamaikan,disinilah peran serta ketua lingkungan dalam hal ini RT dan tokoh masyarakat yang menjadi penengah.Sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.


Mungkin ini adalah salah satu solusi yang sangat jitu saat ini.Lihat bagaimana kedua warga saling bahu membahu untuk menyelesaikan pekerjaan sosial bersama-sama,saling bersenda gurau dengan tanpa beban di masing-masing warga.


Coba simak beberapa foto dibawah ini,dan apa yang ada dibenak anda setelah melihat foto-foto ini?.








Semoga menjadi contoh bagi warga-warga yang sekarang lagi bertikai.